BAB 1
PENDAHULUAN
Lesi massa atau tumor yang mengganggu medula spinalis dikelompokkan menjadi
:
(1) Tumor intrameduler (yang berasal dari dalam
medula spinalis).
(2) Tumor intradural-ekstrameduler, dan
(3) Tumor ekstradural (yang
tumbuh dari luar dura, dan kebanyakan melibatkan kolum vertebrata).
Jumlah tumor medula spinalis mencakup kira-kira
15 % dari seluruh neoplasma susunan saraf. Sebagian besar tumor-tumor
intradural tumbuh dari konstituen seluler medula spinalis dan filum terminale,
akar saraf atau meningens. Metastasis ke dalam kompartemen intradural kanalis
spinalis jarang terjadi (paraganglioma, neoplasma melanositik).
Tumor Spinal Cord
Ekstrameduler
· Tumor sarung saraf 40%
· Meningioma 40%
· Ependimoma filum 15%
· Lain-lain 5%
Intrameduler
· Ependimoma 45%
· Astrositoma 40%
· Hemangioblastoma 5%
· Lain-lain 10%
|
Semua lesi neoplastik yang terletak didalam
atau di belakang medula spinalis dapat dicapai dengan membuka kanalis spinalis
(laminektomi), demikian juga lesi-lesi yang berlokasi di bagian lateral atau
lesi-lesi kistik di dalam kanalis spinalis. Cara pencapaian yang terbaik untuk
lesi yang terletak di anterior adalah dari arah anterior atau antero-lateral
tergantung dari level vertikal lesi tersebut. Lesi-lesi di perbatasan
serviko-meduler dicapai melalui operasi transoral atau transervikal
retrofaringeal, lesi di leher bagian bawah melalui pendekatan servikal
anterolateral. Lesi di daerah toraks dan abdomen dicapai melalui operasi
torakotomi via retroperitoneal. Secara umum, sedikitnya ada sebagian korpus
vertebra yang harus diangkat untuk mencapai kanalis spinalis, dan bila demikian
maka biasanya akan diganti dengan satu protesa atau grafit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi
2.1.1 Anatomi Umum
Medula spinalis merupakan bagian
dari susunan syaraf pusat yang berbentuk silinder memanjang dan terletak
seluruhnya di dalam kanalis vertebralis, dikelilingi oleh tiga selaput
pembungkus yang disebut meningens. Adapun lapisan, struktur dan ruangan yang
mengelilingi medula spinalis terdiri dari :
a. Dinding kanalis vertebralis
(terdiri dari vertebrae dan ligamenta)
b. Lapisan jaringan lemak
(ekstradural) yang mengandung pembuluh darah
c. Duramater
d. Arakhnoidea
e. Ruangan subarakhnoideal, yang
antaranya berisi liquor cerebrospinalis.
f. Piamater yang kaya akan
pembuluh darah dan yang langsung membungkus permukaan sebelah luar medula
spinalis.
Secara imaginer, medula spinalis
terdiri dari 31 segmen, masing-masing segmen saling berhubungan dengan sepasang
radiks perifer, segmen-segmen tersebut yaitu:
- 8 segmen servikal
- 12 segmen torakal
- 5 segmen lumbal
- 5 segmen sakral
- 1 segmen koksigeal
2.2 Medula Spinalis.
Pada tubuh dewasa, panjang medula
spinalis adalah sekitar 43 sentimeter. Pada masa kehidupan intrauterina usia 3
bulan, panjang medula spinalis sama dengan panjang kanalis vertebralis, sedang
dalam masa-masa berikutnya terjadi perbedaan kecepatan pertumbuhan memanjang,
kanalis vertebralis tumbuh lebih cepat dari pada medula spinalis, sehingga
ujung kaudal medula spinalis terletak setinggi pada tingkat-tingkat yang lebih
tinggi. Pada masa kehidupan usia 6 bulan, ujung kaudal medula spinalis terletak
setinggi tepi kaudal korpus vertebrae lumbalis II. Pada usia dewasa, ujung
kaudal medula spinalis biasanya terletak setinggi tepi kaudal medula spinalis,
tepi kranial korpus vertebrae lumbalis II atau setinggi diskus intervertebralis
antara korpus vertebrae lumbalis I dan II.
Perbedaan panjang antara Medula
Spinalis dan kanalis vertebralis ini mempunyai makna sebagai berikut :
1. Pembentukan kauda equina.
Kauda equina merupakan suatu struktur
yang terdiri dari radices nervi lumbalis bagian kaudal dan radices nervi
sakralis disebelah kaudal konus medularis. Konus medularis merupakan bagian
paling kaudal medula spinalis yang berbentuk kerucut dan terutama terdiri atas
segmen-segmen sakral medula spinalis.
2. Punksi Lumbal
Ke arah kaudal kavitas
subarakhnoidales atau berakhir pada setinggi segmen sakral II atau VI kolumna
vertebralis, jadi pada orang dewasa setinggi antara tepi kaudal korpus
vertebrae lumbalis I dan korpus vertebrae sakralis II atau III tidak lagi
terdapat medula spinalis, akan tetapi hanya terdapat kauda equina yang
terapung-apung di dalam liquor cerebrospinalis di dalam suatu ruangan
subarakhnoidal yang luas.
2.1.2. Anatomi Permukaan Medula Spinalis
Pada permukaan medula spinalis
dapat dijumpai sejumlah cekungan-cekungan memanjang sebagai berikut :
a. Fisura mediana ventralis
b. Sulkus medianus dorsalis
c. Sulkus dorsolateral
d. Sulkus intermedius dorsalis
e. Sulkus ventrolateralis
2.1.3. Susunan
Bagian Dalam Medula Spinalis
Pada
penampang transversal medula spinalis terlihat pada bagian sentral substansia
grisea yang mempunyai bentuk seperti kupu-kupu atau huruf H. Bagian sentral ini
dikelilingi oleh bagian yang berwarna pucat yaitu substansi alba. Pada
penampang transversa substansia grisea medula spinalis terdiri atas
bagian-bagian sebagai berikut :
a.
Kornu dorsalis
b.
Kornu ventralis
c.
Kommisura grisea ventralis dan dorsalis, dimana pada bagian-bagian tertentu
yaitu segmen-segmen thorakalis, lumbalis bagian kranial dan sakral S2
sampai S4.
d.
Kornu intermedium. Perluasan kornu intermedium ke arah lateral di daerah
segmen-segmen thorakal dikenal sebagai kornu lateralis.
Di
dalam kornu dorsalis dapat dijumpai neuron-neuron sensorik, sedangkan di dalam
kornu ventralis terdapat neuron-neuron motorik, dan di dalam kornu intermedium
terdapat neuron-neuron visceromotorik. Pada penampang medula spinalis dapat
dilihat bahwa substansia alba dapat dibagi menjadi daerah-daerah topografik
sebagai berikut :
a. funikulus dorsalis
b.
funikulus lateralis
c.
funikulus ventralis.
d. kommissura alba
Funikulus
adalah suatu bagian yang terdiri atas sejumlah berkas fungsional yang lazim
disebut traktus (kadang-kadang disebut fasciculus). Serat-serat yang membentuk
traktus pada khususnya dan fasciculus atau substansia alba pada umumnya berasal
dari tiga sumber utama :
a.
sel-sel ganglion
b.
sel-sel saraf di dalam substansia grisea medula spinalis, dan
c.
sel-sel saraf di dalam korteks serebri atau pusat-pusat fungsional lainnya di
dalam batang otak dan serebelum.
Berbagai
hiatus di dalam medula spinalis dapat dibagi berdasarkan berbagai asal antara
lain sebagai berikut :
a.
Arah aliran impuls yang dihantarkannya :
1)
traktus ascendens, menghantarkan impuls-impuls saraf ke arah kranial ke pusat-pusat
fungsional yang lebih tinggi didalam batang otak, serebelum atau serebrum.
2)
traktus descendens, menghantarkan impuls-impuls saraf dari pusat–pusat
fungsional yang lebih tinggi ke arah kaudal ke segmen-segmen medula spinalis.
3)
fasciculi propii (traktus intersegmentalis), menghantarkan impuls-impuls dalam
dua arah dari kaudal ke arah kranial dan sebaliknya dari kranial ke arah kaudal
dan terdiri atas serat-serat yang menghubungkan berbagai segmen medula spinalis
satu dengan yang lainnya secara timbal balik.
b.
Sifat-sifat atau kualitas impuls-impuls yang diantarkan misalnya ada traktus
yang mengantarkan impuls-impuls proprioseptif, eksteroseptif, motorik dan
sebagainya.
c.
Susunan Intrinsik Substansia grisea.
Pada
penampang transversal substansia grisea medula spinalis terdiri atas
bagian-bagian sebagai berikut :
a.
Kornu dorsalis (kolumna dorsalis), terdiri atas kumpulan-kumpulan sel neuron
sebagai berikut :
1)
Substansia gelatinosa
-
terletak pada bagian apeks kornu dorsalis
-
terdapat pada semua segmen medula spinalis
- menerima serat-serat aferen halus yang mengantarkan impuls-impuls nyeri
dan suhu
2)
Nukleus proprius
-
menempati sebagian besar kornu dorsalis
- terdapat serat-serat tebal yang menghantarkan impuls-impuls propioseptif
3)
Substansia visceralis sekundaria
-
terletak pada bagian lateral basis kornu dorsalis
- terdapat pada
segmen Th 1 sampai L3
-
menerima serat-serat aferen visceral
b.
Kornu intermedium (kolumna intermedia), dibagi menjadi dua bagian :
1)
Kornu intermediolateral setinggi segmen-segmen T114 sampai L3
2)
Kornu intermediomedial atau nuklei parasimpatetik sakrales yang terletak
setinggi segmen S2 sampai S4
c.
Kornu ventralis (kolumna ventralis), dibagi menjadi tiga bagian utama :
1)
Kelompok medial
- terdiri atas nukleus ventromedialis
dan dorsomedialis
- melayani otot-otot leher, trunkus, termasuk mm. Interkostales dan
abdominal
2)
Kelompok lateral
Kelompok
sel-sel neuron ini melayani otot-otot membran superius dan inferius, oleh
karena itu hanya didapatkan pada segmen-segmen medula spinalis tertentu, yaitu
:
- segmen servikal ( C4 sampai Thl)
- segmen lumbosakral (L2 sampai S2)
Kelompok ini selanjutnya dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih
kecil:
a) Nukleus Ventrolateralis
§ Segmen C4 sampai Cl yang melayani otot cingulum
dan brachium
§ segmen L2 sampai S2, yang melayani otot-otot
cingulum dan tungkai atas atau paha
b) Nukleus Dorsolateral
§ Segmen C4 sampai Th1 yang melayani otot-otot
antebrachium dan tangan.
§ Segmen L2 sampai S2 atau S3, yang melayani
otot-otot tungkai bawah dan kaki
c) Nukleus Retrodorsolateralis
§ Mengandung
neuron-neuron yang amat besar dengan akson-akson yang arnat panjang
§ Segmen C8 sampai
Th1, yang melayani otot-otot kecil (intrinsik) pada tangan yang menggerakkan
jari jari tangan
§ Segmen S1 sampai
S3 yang melayani otot-otot kecil (intrinsik) pada kaki yang menggerakkan
jari-jari kaki
3)
Kelompok Sentral
Kelompok
ini terletak ditengah-tengah kornu ventralis, contoh : nukleus phrenikus (C4
sampai C6) dan nukleus asesorius (Cl sampai C5 atau C6).
4)
Susunan Intrinsik Substansia Alba.
a)
Tractus Ascendens :
(1)
Yang menghantarkan impuls-impuls nyeri dan suhu dari atau dekat permukaan tubuh :
-
Traktus dorsolateralis (Lissauer)
-
Traktus spinotalamikus lateralis
Di
dalam medula spinalis serat-serat yang membentuk traktus spinotalamikus
lateralis menunjukkan susunan somatotopik : serat-serat yang berasal dari
segmen-segmen sakral terletak paling dorsolateral, selanjutnya disusul oleh
serat-serat dari segmen-segmen servikal terletak paling ventromedial.
Suatu potongan
atau lesi yang mengenai traktus spinotalamikus lateralis dapat menimbulkan
hilangnya secara total rasa-rasa nyeri dan suhu (analgesi dan thermoanastesi)
Pada sisi tubuh yang kontraIateral.
(2)
Yang menghantarkan impuls-impuls rasa raba spesifik diskriminatif, propioseptif dan kinestetik ke
talamus dan akhirnya mencapai korteks serebri.
-
Fasciculus gracilis dan fasciculus cuneatus.
Perbedaan
antara fasciculus gracilis dan fasciculus cuniatus adalah fasciculus gracilis terdiri
atas serat-serat ascenden yang berasal dari ganglia spinalis sakralis, lumbalis
dan torakalis bagian kaudal, oleh karena itu fasciculus gracilis melayani
membran inferium dan setengah trunkus bagian kaudal. Fasciculus cuneatus
tersusun dari serat-serat yang sama seperti fasciculus gracilis, tetapi yang
berasal dari ganglia spinalis thorakalis bagian kranial dan servikalis bagian
kaudal, oleh karena itu fasciculus cuneatus melayani membran superius dan
setengah trunkus bagian kranial pada sisi ipsilateral.
(3)
Yang menghantarkan impuls-impuls propioseptif, raba dan tekanan ke serebelum:
-
Traktus spinoserebelaris dorsalis
Nukleus
dorsalis merupakan suatu kolom substansia grisea yang terbentang dari segmen
medula spinalis C8 sampai L3.
-Traktus spinoserebelaris
dorsalis mencapai korteks serebeli dari medula oblongata melalui pedunkulus
serebelaris kaudalis (korpus restiforme). Proyeksi serat-serat ini pada
serebelum terutama adalah secara ipsilateral.
-
Traktus spinoserebelaris ventralis.
(4)
Yang menghantarkan impuls-impuls rasa raba ringan atau kasar (dari reseptor
-reseptor dengan nilai ambang rendah).
-
Tractus spinotalamikus ventralis.
(5) Yang
menghantarkan impuls-impuls visceral2
-
Sistem visceral ascendens sekunder
Rangsangan
nyeri visceral yang adekuat adalah iskhemia, ketegangan (distensi), tarikan
pada mesenterium atau kapsula, hiperperistaltik, hiperasiditas lambung dengan
ulserasi.
Data fisiologik dan bedah saraf hingga saat ini menunjukkan bahwa sistem
visceral asendens sekunder ini mengandung serat-serat yang berasal dari
substansia visceralis sekundaria pada ipsilateral dan kontralateral dan
berjalan dekat permukaan kornu ventralis medula spinalis. Sistem visceralis
ascendens sekunder ini juga merupakan bagian dari apa yang disebut sistem
reticular ascendens multisinaptik.
(b) Tractus Descendens
(1)
Traktus Kortikospinalis
Traktus
kortikospinalis dikenal sebagai traktus piramidalis dan merupakan traktus
descendens yang paling besar. Dalam hubungan ini perlu dibedakan suatu
pengertian lainnya yaitu sistem piramidal. Sistem piramidal merupakan suatu
susunan serat descendens yang mengantarkan impuls-impuls motorik dari korteks
serebri ke berbagai nuklei motorik di dalam batang otak dan medula spinalis.
Serat-serat pirarnidal yang berakhir di dalam batang otak dikenal sebagai
traktus kortikobulbaris atau kortikonuclearis, sedangkan yang berakhir di
medula spinalis dikenal sebagai kortikospinalis.
Melalui
traktus kortikospinalis, korteks serebri dapat mengendalikan kegiatan-kegiatan
neuron-neuron motorik di dalam kornu ventralis medula spinalis. Traktus ini
menghantarkan impuls motorik yang berhubungan dengan pergerakan yang ada di
bawah pengendalian kemauan, terutama pergerakan jari tangan dan kaki yang
menunjukkan aspek-aspek keterampilan yang tinggi. Kerusakan pada traktus
kortikospinalis dapat menimbulkan hilangnya kemampuan untuk mengadakan
pergerakan-pergerakan yang ada di bawah pengendalian kemauan, yang terutama
jelas dapat dilihat pada bagian-bagian distal. Sendi-sendi yang terletak pada
bagian proksimal dan pergerakan yang bersifat kasar tidak begitu banyak
dipengaruhi.
(2)
Traktus Retikulospinalis
Penelitian
eksperimental menunjukkan bahwa rangsangan pada formatio reticularis dapat :
(a)
menimbulkan fasilitasi atau inhibisi terhadap pergerakan dibawah pengendalian
kemauan yaitu pergerakan yang dimulai dari korteks serebri dan kegiatan refleks
(b)
mempengaruhi tonus otot
(c)
mempengaruhi fase-fase inspirasi dan ekspirasi pernafasan
(d)
menimbulkan pengaruh presor dan depresor pada sistem peredaran darah
(e)
menimbulkan pengaruh-pengaruh depresi pada pengantaran sentral impuls-impuls
sensorik.
c)
Traktus Rubrospinalis
Penelitian-penelitian
dengan mikroelektroda telah menunjukkan bahwa rangsangan pada sel-sel nukleus
ruber dapat menimbulkan potensial eksitasi post-sinaptik pada neuron-neuron
motorik alfa yang melayani otot-otot fleksor pada sisi tubuh yang
kontralateral dan potensial inhibisi post-sinaptik pada neuron-neuron motorik
alfa yang melayani otot-otot ekstensor. Akan tetapi, fungsi utama tractus
rubrospinalis tampaknya adalah pengendalian otot-otot fleksor.
d)
Traktus Vestibulospinalis
Ada
cukup petunjuk bahwa nuklei vestibularis terutama nukleus vestibularis
lateralis mempunyai pengaruh fasilitasi terhadap kegiatan refleks medula
spinalis dan mekanisme medula spinalis yang mengendalikan tonus otot. Di dalam
klinik impuls-impuls yang diantarkan oleh traktus vestibulospinalis ini,
misalnya dapat dihayati peranannya dalam bentuk yang cepat dan dalam bentuk
reaksi (test) “post pointing” .
e)
Traktus Tektospinalis
Fungsi
tractus tektospinalis belum diketahui dengan sempurna, akan tetapi diduga
memegang peranan panting dalam pergerakan-pergerakan refleks kepala sebagai
akibat rangsangan penglihatan dan mungkin juga pendengaran.
f)
Traktus Olivospinalis
5)
Fasciculi Propii (Traktus Intersegmentales)
Kerusakan
pada fasciculi proprii dapat mengakibatkan gangguan-gangguan refleks
intersegmentales. Refleks-refleks semacam ini antara lain berguna dalam
hubungan dengan fungsi-fungsi pengendalian otomatik di dalam medula spinalis.
Misalnya, di dalam segmen-segmen lumbosakral terdapat pusat-pusat refleks
medula spinalis yang berhubungan dengan pengendalian proses kencing, defekasi
dan ereksi penis, sedangkan di dalam segmen-segmen thorakal bagian kranial
medula spinalis mekanisme intersegmental tersebut memegang peranan dalam
pengendalian sinergik otot-otot pernafasan.
2.2 Definisi
medula
spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan
biasanya menimbulkan gejala akibat terlibatnya medula spinalis atau radix
saraf.
2.3 Epidemiologi
Jumlah tumor medula spinalis mencakup kira-kira
15 % dari seluruh neoplasma susunan saraf. Sebagian besar tumor-tumor
intradural tumbuh dari konstituen seluler medula spinalis dan filum terminale,
akar saraf atau meningens. Metastasis ke dalam kompartemen intradural kanalis
spinalis jarang terjadi (paraganglioma, neoplasma melanositik).
Insiden 10 per 100.000 penduduk per tahun . Usia muda dan pertengahan
dewasa mendominasi. Tumor Intrameduler lebih sering pada anak-anak. Tumor
Extrameduler lebih sering pada dewasa. Pada laki-laki dan wanita sama-sama
sering terjadi.
Sebagian besar tumor primer medula spinalis tumbuh pada intradural. Lokasi
tumor medula spinalis : Thorak (50%), lumbal (30%), servikal (20%). Tumor
medula spinalis yang paling sering pada intrameduler adalah glioma. Tipe
lainnya yang sering adalah astrositoma, ependimoma, dan ganglioglioma, lebih
jarang hemangioblastoma dan tumor neuroektodermal primitif.
2.4 Patofisiologi dan Etiologi
Penyebab tumor medula spinalis belum diketahui.
Walaupun, ependimoma dihubungkan dengan neurofibromatosis tipe 2 dan kromosom
abnormal pada kromosom 22 (monosomi, delesi, trnslokasi). Sangat sedikit
perubahan kromosom ditemukan pada 9q, 10, 17, 13, 7, dan 10.
2.5 Klasifikasi Tumor
2.5.1. Tumor Intrameduler
a. Ependimoma
Ependimoma merupakan tumor
intrameduler yang paling banyak dijumpai. Pada umumnya dijumpai pada daerah
servikal dan serviko-torakal, namun sering kali ia juga mempunyai tempat
predileksi khusus yakni di konus medularis dan filum terminalis (56%). Ada
tumor yang berbentuk fusiform yang biasanya meluas dari medula oblongata ke
konus medularis dan panjang tumor ini dapat mencapai tiga sampai lima segmen
spinal. Gejala awalnya adalah nyeri; gangguan sensorik dan kelemahan motorik
(dapat mulai timbul 2-3 tahun sebelum diagnosa di tegakkan). Usia kasusnya
adalah kelompok 30-40 tahun dan kasus-kasus daerah kauda ekuina didominasi oleh
jenis kelamin laki-laki. Histologi tumor adalah : jenis seluler (40%),
epitelial (2%), miksopapiler (21%), dan campuran (37%). Jenis ganas dari
ependimoma ini sangat jarang dijumpai, dan istilah bagi tumor ini adalah
ependimoblastoma.
Ependimoma kauda ekuina dicirikan
oleh keluhan-keluhan nyeri perineal, disfungsi traktus gastrointestinal,
traktus urinarius dan seksual, serta paraparesis. Walaupun jarang, namun
adakalanya disertai dengan kompleks gejala suatu perdarahan arakhnoid yang di
sertai dengan keluhan skiatika, yang di kenal sebagai sindrom Fincher,
serta mempunyai faktor presipitasi kehamilan atau trauma. Ependimoma tumbuh
dari sel ependim di dalam ventrikel III dan filum terminalis. Ada ependimoma
tipe miksopapiler yang berasal dari lokasi ektopik di luar kanalis spinalis
(jarang sekali), terutama didaerah sakrum dan jaringan presakral, serta dapat
bermetastasis jauh ke kelenjar getah bening, paru, hepar, dan tulang.
Siringomielia dan kavitasi kistik
kerap dijumpai pada kasus tumor intrameduler, dan keadaan ini akan menampilkan
gejala dan tanda akibat dari adanya destruksi kanalis sentralis seperti
amniotrofi ekstremitas atas, hiporefleksia, hipestesia disosiatif daerah wajah,
leher (helm Balaclava), bahu dan lengan (gangguan pada persilangan
traktus spinotalamikus). Pada lengan bawah akan menampilkan gejala rigiditas,
hiperrefleksia, klonus, dan kadang-kadang spastisitas. Tumor-tumor
serviko-meduler dapat menampilkan gejala nistagmus vertikal, keluhan pusing,
vertigo, sinkop, nyeri kepala oksipital, kaku kuduk, suara serak, disfagia dan
gejala bulbar lainnya; ataksia, dismetria, tetraparesis spastik karena gangguan
traktus kortikospinal.
Pada kurun masa terakhir ini dari
kebanyakan laporan di kemukakan bahwa sebagian besar tumor ependimoma
intrameduler dan kauda ekuina berhasil diangkat secara total mengingat juga
bahwa tumor-tumor ini kebanyakan merupakan tumor yang berbatas tegas. Rekurensi
pascabedah ependimoma adalah 5-10%. Kualitas pemulihan ditentukan oleh keadaan
defisit neurologis prabedah. Komplikasi operasi secara umum yang dapat terjadi
adalah gejala defisit kolumna dorsalis dan sindrom nyeri disestesia karena
tindakan mielotomi. Radiasi diberikan terhadap lesi yang infiltratif dan varian
yang maligna. Mielopatia radiasi merupakan salah satu komplikasi yang serius.
Indikasi reoperasi adalah tumor ependimoma yang rekuren.
b. Astrositoma
Astrositoma adalah tumor kedua
terbanyak di jumpai sebagai tumor intrameduler, yang kemudian diikuti oleh
astrositoma maligna dan glioblastoma multiforme. Mirip dengan ependimoma,
astrositoma kebanyakan timbul di daerah servikal dan servikotorakal, sedangkan
jarang tumbuh didaerah torakolumbar. Demikian pula gejala klinisnya, mirip
dengan ependimoma, termasuk segala tampilan karena gangguan traktus
kortiko-spinal dan spino-talamikus, paresis, dan nyeri disestetik.
Tumor ini kerap pula di sertai
adanya kista atau sirings besar terutama di ujung atas dan bawah tumor. Kista
ini berisi cariran santokhrom yang kaya akan protein dan mempunyai dinding
gliotik yang memisahkannya dari jaringan medula spinalis normal.
Kebanyakan tumor astrositoma
spinal mempunyai derajat keganasan rendah, durasi gejalanya dapat berlangsung
sampai sepuluh tahun (glima yang lebih ganas biasanya mempunyai durasi yang
lebih singkat, enam sampai dua belas bulan). Gambaran histologisnya berupa tipe
yang fibriler atau pilositik mengandung serabut Rosenthal serta kista-kista
mikro.
Tindakan operasi agak sulit untuk
mengangkat secara total tumor jenis ini yang batasnya tidak jelas, walaupun ada
sebagian pasien yang membaik setelah dilakukan operasi eksisi subtotal atau
biopsi. Laporan kepustakaan terakhir mengemukakan bahwa pada kasus-kasus yang
berhasil diangkat secara total dapat memulihkan atau menstabilkan defisit
motorik pada 70-80% kasusnya. Pengangkatan yang lebih ekstensif telah dimungkinkan
dengan kemajuan dan fasilitas teknik bedah mikro. Angka rekurensi pascabedah
astrositoma jauh lebih tinggi dibanding dengan ependimoma (50%). Terapi radiasi
pada astrositoma spinal masih kontroversial, kebanyakan terapi ini hanya
bersifat sebagai terapi paliatif. Kemoterapi spesifik untuk kasus astrositoma
intrameduler juga masih belum ada.
c. Hemangioblastoma
Hemangioblastoma merupakan jenis
tumor intrameduler yang jarang, sangat vaskuler dan angka insidens terbanyak
adalah pada kelompok usia dekade empat serta rasio jenis kelamin yang seimbang
antara laki-laki dengan wanita. Lokasi preferensinya adalah didaerah servikal
dan serviko-torakal.
Hemangioblastoma sangat sering
dibarengi dengan siringomielia dan kista, serta (agak jarang) dengan penyakit
Lindau atau hemangioblastoma kistik serebelum. 60-70% hemangioblastoma terletak
intrameduler dan berlokasi dipermukaan dorsal medula spinalis, 30-40% merupakan
tumor intradural-ekstrameduler yang kerap berada didekat radiks saraf daerah
torakal. Tumor ini dapat didiagnosis dengan mudah melalui pemeriksaan MRI dan
angiografi spinal, dengan tampilan fisik berupa nodul mural yang mengkilat.
Presentasi klinisnya mirip dengan tumor intrameduler lainnya.
Teknik bedah mikro telah
memungkinkan untuk melakukan operasi pengangkatan tumor ini secara total.
d. Oligodendroglioma
Merupakan tumor intrameduler yang
sangat jarang. Ia sering kali mengandung kalsifikasi dan bercampur dengan
elemen glia serta kistik. Kadang-kadang suatu oligodendroglioma intrakranial
dikaitkan sebagai asal dari tumor intraspinal ini melalui proses metastasis
lewat rongga subarakhnoid spinal.
e. Lipoma, Dermoid, Epidermoid, dan Teratoma
Kelompok tumor yang jarang ini
merupakan lesi kongenital dan dapat timbul pada bagian tengah medula spinalis
anak-anak, dewasa, dan remaja.
Lipoma spinal pada usia dewasa umumnya terjadi di
daerah servikal dan toraks, sedangkan pada anak-anak biasanya didaerah
lumbo-sakral. Keberadaannya mempunyai kaitan yang erat dengan abnormalitas
kutaneus seperti nevi, dimpel, hiperpigmentasi kulit, hipertrikosis, angima
kapiler, dan lipoma subkutan. Di samping itu juga kasus ini mempunyai insidensi
yang tinggi akan adanya disgrafia. Investigasi diagnostik dengan MRI
menunjukkan sinyal hiperintens yang tinggi pada T1 dan hipointens pada T2
sesuai dengan jaringan adiposis. Operasi eksisi jarang dapat total mengingat
biasanya lipoma sangat terbenam didalam jaringan pial medula spinalis, sehingga
menyulitkan untuk pengangkatan seluruhnya.
Pada anak-anak, lipoma
lumbo-sakral yang disertai oleh spina bifida okulta biasanya melekat pada konus
medularis yang telah terdorong ke kaudal dan kauda ekuina. Kasus semacam ini
biasanya sulit sekali untuk memisahkan jaringan lipoma dan medula spinalis,
sehingga dengan demikian jarang dapat berhasil diangkat total.
Tumor dermoid kebanyakan disertai dengan adanya suatu
traktus fistula sinus dan disgrafisme spinal okulta, dan juga kelainan
hiperpigmentasi kulit atau hipertrikosis sebagian besar tumor jenis ini
berlokasi di daerah lumbo-sakral, dan dapat menampilkan gejala-gejala
meningitis bila kista dermoid tersebut pecah dan masuk ke dalam rongga
subarakhnoid. Tindakan operasi untuk mengangkat total biasanya sulit dilakukan
pada kasus di mana kasus tumornya sangat lengket dengan medula spinalis.
Tumor epidermoid juga sering menyertai kasus spina bifida
okulta, terutama dijumpai di daerah torako-lumbal. Tumor epidermid mengandung
empat lapisan kulit normal. Tumor ini dapat timbul akibat tindakan punksi
lumbal yang berkurang atau sebagai sisa dari reparasi meningomielokel.
Teratoma merupakan jenis tumor kongenital yang jarang
dan ia mempunyai predileksi daerah konus medularis. Tumor ini mengandung
jaringan kulit dan elemen dermal seperti rambut dan tulang rawan (komponen
mesodermal dan endodermal). Tumor jenis ini mempunyai kecenderungan mengalami
degenerasi keganasan dengan metastasis sistemik.
f. Paraganglioma
Paraganglioma merupakan tumor
(jarang) pada kauda ekuina yang berasal dari ganglion simpatikus dan medula
adrenal, serta secara filogenetis berkaitan dengan feokromositoma dan tumor
glomus karotikus. Insidensi yang terbanyak adalah pada kelompok usia dekade
lima dengan dominasi jenis kelamin laki-laki.
g. Tumor Metastasis Keganasan
Intrameduler
Tumor metastasis intrameduler
biasanya dijumpai didaerah servikal dan torakal dan menampilkan gejala
mielopatia yang progresif cepat. Tumor primernya yang terbanyak adalah tumor
paru dan kemudian diikuti oleh tumor payudara dan melanoma.
2.5.2 Tumor Ekstrameduler
a. Meningioma
Meningioma merupakan tumor spinal intradural
yang paling sering dijumpai, 60-70% pada daerah toraks dan 10-20% di daerah
servikal. Rasio kelamin kasus dominasi oleh perempuan dengan nilai perbandingan
5:1, dan usia kasus berada pada kelompok 50-60 tahun. Tumor ini berada
intradural-ekstrameduler (khas), dimana separuhnya berlokasi dilateral dan
sisanya didorsal atau diventral. Antara 5-10% meningioma spinal mempunyai
komponen ekstradural dan pada kasus tumor meningioma multipel umumnya dikaitkan
dengan neuro-fibromatosis. Sangat jarang meningioma spinal timbul bersamaan
dengan meningioma intrakranial.
Meningioma spinal berasal dari
sel arakhnoid didekat radiks dan tumbuhnya lambat (gejala dapat berlangsung 1-2
tahun). Biasanya tipe histologinya adalah sinsisial atau transisional;
sedangkan yang angioblastik atau hemangioperistik jarang sekali. Gejala klinis
klasik adalah gangguan traktus saraf panjang, antara lain seperti paraparesis
dan tetraparesis; untuk tumor yang berada di sebelah lateral dapat menampilkan
sindroma Brown Seguard. Keluhan gejala lain adalah nyeri radikuler, terutama
menghebat pada malam atau waktu istirahat.
Eksisi melalui pembedahan mikro
saat ini berdasarkan data kepustakaan menunjukkan keberhasilan pada 90-95%
kasus, dan angka rekurensinya 6% setelah periode 4-17 tahun. Lebih dari 80%
kasus meningioma spinal yang dioperasi mengalami pemulihan neurologis.
Komplikasi bedah (sangat jarang) yang mungkin dapat terjadi adalah antara lain
kebocoran likuor, meningitis, dan arakhnoiditis.
b. Neurinoma, Neurofibroma
Neurinoma (schwannoma) dan
neurofibroma merupakan tumor intradural-ekstrameduler kedua terbanyak.
Predileksi lokasi tumor sarung saraf ini yang terutama adalah didaerah toraks
kemudian diikuti oleh servikal dan lumbo-sakral, serta sangat jarang di daerah
serviko-meduler. Kebanyakan tumor sarung saraf terletak
intradural-ekstrameduler (70-80%), dan 10-20% kasus tumor tersebut meluas
keluar dura (dumbbell). Juga kira-kira 10% kasus tumor sarung saraf
berlokasi di epidural atau paraspinal, serta 1% kasus terletak intrameduler
(tumor ini diduga berasal dari sarung saraf perivaskuler).
Asal tumor ini biasanya adalah
radiks saraf sensorik, namun radiks ventral atau motorik dapat juga terlibat
akibat kompresi lokal tumor ini. Sebanyak 80% kasus menampilkan keluhan nyeri
radikuler dan disestesia. Gangguan motorik dan disfungsi kandung kemih tampil
pada kurang dari 50% kasus.
Sebanyak 2,5% tumor sarung saraf
spinal intradural adalah ganas dan sedikitnya separuh dari kasus-kasus ini
dijumpai pada penderita neurofibromatosis. Tumor sarung saraf maligna mempunyai
prognosa yang buruk dan jarang dapat hidup lebih dari satu tahun. Tumor semacam
ini perlu dibedakan dengan schwannoma seluler yang menampilkan gambaran
histologis yang agresif tetapi mempunyai prognosa yang lebih baik.
c. Sarkoidosis
Sarkoidosis adalah salah satu
manifestasi dari penyakit sistemik yang dicirikan sebagai proses infiltrasi
granulomatosa nonkaseosa. Kasusnya jarang dijumpai, dimana klinis keterlibatan
medula spinalis dan meningens hanya 1% yaitu berupa: lesi intrameduler multipel
yang disertai arakhnoiditis fokal; tumor intradural-ekstrameduler dengan efek
massa yang hebat serta defisit neurologis fokal atau mielopatia; atau suatu
massa ekstradural yang berasal dari infiltrasi sarkoid medula spinalis dan
dura.
Presentasi klinis yang khas
adalah paraparesis progresif yang tidak menimbulkan keluhan sakit. Lokasi yang
paling sering terlibat adalah daerah toraks. Terapi pembedahan pada kasus
sarkoidosis adalah laminektomi, biopsi dan bila perlu dekompresi granuloma
serta pemberian steroid topikal.
2.5.3. Tumor Ekstradural
a. Tumor Metastasis Keganasan Ekstradural
-kira 5% dari penderita kanker
menampilkan gejala klinis kompresi medula spinalis atau radiks saraf yang
disebabkan oleh proses metastasis; dan sebaliknya hampir 10% kasus kanker yang
datang dengan keluhan utama akibat metastasis spinal tanpa diketahui proses
primernya.
Sebagian besar tumor spinal
(>80%) merupakan metastasis keganasan terutama berasal dari paru, payudara,
ginjal, prostat, kolon, tiroid, melanoma, limfoma atau sarkoma. Yang pertama
dilibatkan adalah korpus vertebra. Elemen posterior hanya terlibat pada
seperlima sampai sepertujuh total kasus. Sebagian besar penyebaran metastasis
keganasan pada spinal berlangsung melalui pleksus vena Batson dan
kemudian menyerang pedikel. Foto polos vertebrata biasanya dapat menampilkan
erosi pedikel ini disamping juga abnormalitas korpus lainnya (kolaps atau
fraktur kompresi patologis). Predileksi lokasi metastasis tumor paru, payudara
dan kolon adalah daerah toraks, sedangkan tumor prostat, testis dan ovarium
biasanya ke daerah lumbo-sakral. Metastasis ke daerah servikal jarang terjadi.
Gejala kompresi medula spinalis
kebanyakan terjadi pada level torakal, mengingat diameter kanalisnya yang kecil
(kira-kira hanya 1 cm). Kanalis lumbo-sakral mempunyai diameter yang lebih
besar (1,5-3 cm) sehingga masih dapat mengkompensasi volume massa tumor sampai
ukuran tertentu serta baru kemudian menimbulkan keluhan radikulopatia atau
kompresi kauda ekuina.
Gejala akibat metastasis spinal
diawali dengan nyeri lokal yang tajam dan kadang menjalar (radikuler) serta
menghebat pada penekanan-palpasi. Pada 60% penderita, lokasi nyeri tersebut
sesuai dengan lokasi abnormalitas pada foto polos vertebra seperti: erosi
pedikel, kolaps korpus vertebra, faktur kompresi dan subluksasi, kiposkoliosis
dan/atau bayangan jaringan lunak paraspinal. Mielopatia terdapat pada >50%
kasus sedangkan disfungsi sfingter ani-urine pada 25% kasus. Pemeriksaan MRI
dengan kontras Gg-DTPA merupakan investigator diagnostik terpilih (angka
sensitivitasnya 95%).
Untuk menentukan indikasi operasi
pada kasus-kasus tumor metastasis spinal memerlukan pertimbangan yang bijaksana
termasuk analisa dan evaluasi biologi kanker, prognosa, harapan hidup, dan
ekstensi proses penyakitnya. Keadaan instabilitas spinal dan fraktur kompresi
yang menekan medula spinalis biasanya memerlukan tindakan operasi dekompresi
dan stabilisasi baik dilakukan sekaligus ataupun bertahap.
b. Lipomatosis
Lipomatosis epidural adalah
penyakit yang jarang dengan ciri-ciri adanya akumulasi lemak yang berlebihan
dengan penekanan pada medula spinalis. Gejalanya terdiri dari nyeri akut dan
mielopatia yang progresif. Lipomatosis biasaya terjadi pada daerah toraks,
terutama pada penderita yang menggunakan steroid selama jangka waktu yang lama
(sindrom Cushing, obesitas, hipotiroidisme). Pemeriksaan MRI menampilkan
akumulasi lemak berupa lesi yang hiperintens pada T2 dirongga epidural
posterior. Terapinya adalah leminektomi yang luas dan pengangkatan jaringan
adiposis tadi, serta biasanya memberikan hasil yang baik.
c. Angiolipoma, Angiomiolipoma
Angiolipoma merupakan tumor yang
jarang dan tersusun dari liposit dan proliferasi angiomatosa dengan atau tanpa
disertai elemen mesenkhim lain (seperti otot, tulang rawan). Biasanya dijumpai
didaerah toraks. Umumnya angiolipoma adalah multipel, kistik dan berkapsul;
jarang mengadakan infiltrasi ke korpus vertebra. Angiolipoma infiltratif tidak
dapat mengalami transformasi menjadi ganas, sehingga tidak memerlukan pemberian
terapi radiasi. Eksisi total biasanya dilakukan dengan teknik vertebrektomi
anterior atau laminektomi posterior tergantung dari lokasi tumornya. Diagnosa
banding pada kasus ini adalah hemangioma vertebra.
2.6 Presentasi Klinis
Kebanyakan tumor spinal diawali
dengan keluhan nyeri lokal yang selanjutnya diikuti dengan komponen radikuler.
Nyeri terasa lebih hebat pada waktu istirahat atau malam, dan tidak teratasi
dengan pemberian obat-obat narkotika atau analgetik. Keluhan disestesia pada
tangan atau tungkai yang terasa selama beberapa bulan sampai beberapa tahun
dapat dialami pada kasus-kasus tumor intrameduler.
Salah satu gejala klasik tumor
intrameduler adalah gangguan sensorik yang disosiatif, yang diakibatkan
oleh kerusakan pada persilangan serabut komisural traktus spinotalamikus.
Biasanya terdapat pula gangguan berupa keluhan nyeri dan sensasi suhu pada
level lesi, namun sensasi raba dan posisi masih tetap intak. Gangguan sensasi
lain adalah perasaan seperti terbakar atau rasa baal setempat.
Presentasi klasik tumor
intradural-ekstrameduler adalah gejala gangguan motorik dan radikuler.
Neuroma atau neurinoma yang berasal dari sarung saraf sensorik biasanya
menimbulkan rasa nyeri ipsilateral dan kelemahan motorik sesuai dengan
distribusi radiks yang bersangkutan. Ekspansi tumor dapat menimbulkan sindrom
Brown-Seguard.
Tumor-tumor intrameduler dan
intradural-ekstrameduler dapat diawali dengan gejala TTIK seperti hidrosefalus,
nyeri kepala, mual dan muntah, papiledema, gangguan penglihatan, gangguan gaya
berjalan dan obtundansi. Tumor-tumor neurinoma dan ependimoma mensekresi
sejumlah besar protein kedalam likuor, yang dapat menghambat aliran likuor
didalam kompartemen subarakhnoid spinal, dan kejadian ini dikemukakan sebagai
suatu hipotesa yang menerangkan kejadian hidrosefalus sebagai gejala klinis
dari neoplasma intraspinal primer
Tabel 2.1 Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis
Lokasi
|
Tanda dan Gejala
|
Foramen Magnum
|
Gejalanya aneh, tidak lazim,membingungkan, dan tumbuh lambat sehingga
sulit menentukan diagnosis. Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis
posterior yang disertai dengan hiperestesia dalam dermatom vertebra
servikalis kedua (C2). Setiap aktivitas yang meningkatkan TIK (misal ; batuk,
mengedan, mengangkat barang, atau bersin) dapat memperburuk nyeri. Gejala
tambahan adalah gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan pasien yang
melaporkan kesulitan menulis atau memasang kancing. Perluasan tumor
menyebabkan kuadriplegia spastik dan hilangnya sensasi secara bermakna.
Gejala-gejala lainnya adalah pusing, disartria, disfagia, nistagmus,
kesulitan bernafas, mual dan muntah, serta atrofi otot sternokleidomastoideus
dan trapezius. Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup
hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsi N.IX hingga
N.XI, dan kelemahan ekstremitas.
|
Servikal
|
Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi radikular yang
melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga menyerang tangan. Keterlibatan
tangan pada lesi servikalis bagian atas (misal, diatas C4) diduga disebabkan
oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melalui arteria spinalis
anterior. Pada umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan.
Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya
refleks tendon ekstremitas atas (biseps, brakioradialis, triseps). Defisit
sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada
kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7, dan lesi
C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.
|
Torakal
|
Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan pada ekstremitas
bagian bawah dan kemudian mengalami parestesia. Pasien dapat mengeluh nyeri
dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan abdomen, yang mungkin
dikacaukan dengan nyeri akibat gangguan intratorakal dan intraabdominal. Pada
lesi torakal bagian bawah, refleks perut bagian bawah dan tanda Beevor
(umbilikus menonjol apabila penderita pada posisi telentang mengangkat kepala
melawan suatu tahanan) dapat menghilang.
|
Lumbosakral
|
Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor yang
melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak segmen lumbal
bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf desendens dari tingkat medula
spinalis yang lebih tinggi. Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas tidak
mempengaruhi refleks perut, namun menghilangkan refleks kremaster dan mungkin
menyebabkan kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah. Juga
terjadi kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda
Babinski bilateral. Nyeri umumnya dialihkan keselangkangan. Lesi yang
melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas
menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki, serta
kehilangan refleks pergelangan kaki. Hilangnya sensasi daerah perianal dan
genitalia yang disertai gangguan kontrol usus dan kandung kemih merupakan
tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian bawah.
|
Kauda Ekuina
|
Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tnda-tanda khas
lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang kadang-kadang
menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf
yang terkena dan terkadang asimetris.
|
2.7. Penunjang Diagnosis
Cairan spinal, Computed Tomographic (CT)
myelography, dan MRI spinalis merupakan tes yang paling sering digunakan dalam
mengevaluasi pasien dengan lesi pada medula spinalis. MRI merupakan modalitas
pencitraan primer untuk penyebaran ke medula, reduksi ruang CSF disekitar
tumor. Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan
Santokhrom, dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan
memperoleh cairan spinal dari pasien dengan tumor medula spinalis harus
berhati-hati karena blok sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan
spinal dan menyebabkan paralisis yang komplit.
.
2.8. Penatalaksanaan
Beberapa tumor medula dan kolumna
spinalis dapat diangkat melalui pembedahan. Tumor lainnya diobati dengan terapi
penyinaran atau kombinasi pembedahan dengan penyinaran. Jika sebuah tumor
menekan medula spinalis atau struktur di sekitarnya, maka diberikan
kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan dan mempertahankan fungsi saraf.
Penatalaksanaan:
a. Dexametason (DMZ)
(Decadron): 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin jug menghasilkan
perbaikan neurologis).
b. Evaluasi Radiografi:
1) Foto Polos seluruh tulang
belakang: 67-85 % abnormal; kemungkinan temuan: erosi pedikel (defek pada “mata
burung hantu” pada tulang belakang LS AP) atau pelebaran, fraktur kompresi
patologis, badan vertebra scalloping, sklerosis, perubahan osteoblastik
(mungkin terajdi mieloma, Ca prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara.
2) Bila tersedia dan pasien
bersedia, MRI dilakukan secepat mungkin.
c. Penatalaksanaan berdasar evaluasi
radiografik
1) Bila tdk ada massa epidural:
rawat tumor primer (misalnya Sistemik kemoterapi); terapi radiasi lokal (XRT)
pada lesi bertulang ; analgesik untuk nyeri.
2) Bila lesi epidural, lakukan
bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada 10x perawatan dg perluasan dua
level diatas dan di bawah lesi); radiasi biasanya seefektif seperti laminektomi
dengan komplikasi yg lebih sedikit.
3) Penatalaksanaan darurat
(pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan kecepatan deteriorasi.
a) bila > 80 % blok komplit
atau perburukan yg cepat: penatalaksanaan sesegera mngkin (bila merawat dengan
radiasi, teruskan DMZ keesokan harinya dengan 24 mg IVP setiap 6 jam selama 2
hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi, selama 2 minggu.
b) bila < 80 % blok,:
perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan DMZ 4 mg selama 6 jam, diturunkan
(tappering) selama perawatan sesuai toleransi.
d. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan
umtuk tumor intramedular yang tidak dapat diangkat dengan sempurna. Dosisnya
antara 45 dan 54 Gy .
e. Pembedahan.
Tumor biasanya diangkat dengan
sedikit jaringan sekelilingnya dengan teknik myelotomy. Aspirasi ultrasonik,
laser, dan mikroskop digunakan pada pembedahan tumor medula spinalis.
Indikasi
pembedahan:
1)
Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi
dapat dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi pada
pasien dengan riwayat tumor dan dapat disalahartikan sebagai metastase.
2) Medula spinalis yang tidak stabil (Unstable spinal).
3) Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali
signifikan atau terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan tumor
yang radioresisten seperti karsinoma sel ginjal atau melanoma.
4)
Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.
Komplikasi
pembedahan :
1)
Pasien dengan tumor yang ganas memiliki resiko defisit neurologis yang besar
selama tindakan operasi.
2)
Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada
anak-anak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut
dapat menyebabkan kompresi medula spinalis.
3)
Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi
foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.
2.9. Prognosis
Penyembuhan biasanya tergantung
kepada besarnya kerusakan yang terjadi dan kedalaman/infiltrasi pertumbuhan
tumor ke dalam medula spinalis. Manifestasi klinis lebih disebabkan penekanan
pada medula spinalis daripada invasi tumor itu sendiri .
Tumor medula spinalis tanpa metastase mempunyai
prognosis yang lebih baik dibandingkan tumor medula spinalis yang merupakan
metastasis tumor lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Edisi III. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 1999. Hal 331-340.
2. Hakim, A Adril. Permasalahan Serta Penanggulangangn Tumor Otak Dan
Sumsum Tulang Belakangi. . http://www.USU-digitallibrary.com. 2006.
5. Mumenthaler and Mattle. Fundamental of Neurology. Thieme. 2006.
Page 146-147.
7. Mark S. Greenberg. Handbook of Neurosurgery. Third Edition.
Greenberg Graphics. Lakeland, Florida. 1994. Page 689-699.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar